Pages

Tuesday 5 August 2014

[REVIEW] SELAMAT PAGI, MALAM - Adinia Wirasti (2014)

Selamat Pagi, Malam:

PEPERANGAN KRISIS IDENTITAS SEBUAH KOTA

Gia (diperankan oleh Adinia Wirasti) adalah seorang gadis berusia 32 tahun yang  telah menetap lama di kota New York dan memutuskan untuk menetap di kota Jakarta yang dianggapnya sebagai tempatnya untuk pulang dan hendak bertemu dengan Naomi (diperankan oleh Marissa Anita) teman lamanya dari New York sementara itu dibelahan lain kota Jakarta, Indri (diperankan oleh Ina panggabean) adalah seorang karyawati penjaga handuk disebuah gym besar dan hendak kencan buta dengan seorang pria kaya yang dikenalnya melalui media sosial lalu disudut lain kota Jakarta ada Ci Surya (diperankan oleh Dayu Wijanto), seorang ibu rumah tangga yang baru kehilangan suaminya yang dikenal sebagai pengusaha sukses, Koh Surya namun kenyataan pahit membuka tabir bahwa suaminya telah berselingkuh dengan seorang wanita lain bernama Sofia (diperankan oleh Dira Sugandi).

Itulah secara garis besar cerita yang terdapat dalam film panjang Sebelum pagi, malam yang diarahkan oleh Lucky Kuswandi ini. Dengan bertokohkan utama tiga orang wanita dari sudut pandang yang berbeda, dimana pertama dilihat dari sudut pandang orang yang telah lama tinggal diluar negeri lalu menetap kembali di Jakarta, kedua dilihat dari seorang wanita kelas bawah dengan kehidupan chatting social media nya dan dari sisi seorang ibu rumah tangga yang menjalani kehidupan tidak pada umumnya.

Film ini sendiri serta memperlihatkan bagaimana ibu kota di pagi hari yang dipenuhi oleh kepalsuan kepada mereka yang merasa dirinya kaum borjuis berusaha memperlihatkan eksistensi diri melalui penggunaan smartphone yang lebih dari satu, update status path, penggunaan tongsis untuk berfoto semua dikritik secara gurih, tajam, dan sebetulnya sangat pilu bagaimana kita diperlihatkan bahkan lebih westerneous dari pada orang barat itu sendiri. Dimulai dari penggunaan dress yang tidak pada umumnya, gaya bicara yang di barat-baratkan, penamaan menu yang juga di baratkan (chicken egg roll – lumpia), kencan buta dengan kenalan yang menggunakan profile picture yang tidak sesuai dengan diri itu semua dipaparkan secara gamblang dan terang-terangan serta jujur didalam film ini.

Lucunya, film ini memperlihatkan bagaimana ketika dimalam hari Jakarta menjadi sebuah kota yang lebih jujur. Segala lelah dan pilu dari kebohongan ditumpahkan di malam hari. Kehidupan jalanan Jakarta yang romantis, establish moment kehidupan warga yang diambil dengan jujur menjadi sebuah bukti tutur yang sangat membuat kita terhenyuk bagaimana kehidupan di ibu kota begitu lucu. Dimana sebenarnya kita di Jakarta selalu menanti sebuah rindu akan sesuatu tetapi kita takut untuk mengambilnya pada satu waktu, yaitu di pagi hari dan hanya berani mengungkap rindu dengan menyelinap di malam hari.

Film Selamat pagi, malam juga mengkritik bagaimana sebuah gaya hidup yang seharusnya tidak dibutuhkan seperti lari di tempat fitness yang seharusnya dapat kita lakukan di taman namun dengan pembelaan Jakarta tidak memiliki central park seperti New York, lalu bagaimana dengan sebuah taman besar di monumen nasional (Monas) ?, apakah memang tidak terdapat tempat atau kita – masyarakat yang merasa melakukan jogging di tempat fitness lebih menunjukkan kelas ketimbang berlari ditempat umum.
           
            Tidak sampai disitu agama pun dikritik secara manis seperti gula disini. Dimana baik secara visual dan dialog dijelaskan bagaimana agama menjadi sebuah pusat pengendali kehidupan ibu kota yang harusnya mereka berdiri atas dasar kasih dan cinta bukan untuk kekuasaan sehingga pada akhirnya “there’s no place for us here” ungkap Naomi kepada Gia karena kisah cinta mereka di New York selamanya tidak akan pernah terwujud di ibu kota yang besar ini. Ketika saat itu Naomi lebih jujur kepada Gia di malam hari dengan duduk termenung didalam mobil menanti kehangatan dan kerinduan masing-masing pihak. Mereka sekali lagi lebih berani dan jujur pada malam hari.

            Kehidupan one night stand pun diceritakan dengan lebih pilu dan menyanyat dimana Indri yang merasa kecewa dengan kencan butanya yang gagal malah berakhir mesra dengan pelayan café tempat dia berkencan buta, yaitu Faisal (diperankan oleh Trisa Triandesa) dimana Indri yang sangat terlihat jatuh hati kepada Faisal merelakan keperawanannya dan berakhir berbaring tertidur tanpa sosok Faisal di pagi harinya.

            Beda lagi dengan kejujuran yang ditawarkan lewat cerita Ci Surya yang memperlihatkan bagaimana kejamnya hidup di ibu kota dengan Sofia wanita yang dicarinya ternyata adalah seorang pelacur yang bersuamikan seorang gigolo. Pada akhirnya semua menyerah pada keterfanaan dunia dan ketika pagi hari datang kebohongan pun harus datang kembali.

Selamat pagi, malam berusaha membongkar dengan pelan bagaimana kota Jakarta saat ini yang sedang diperangi oleh kriris identitas dimana kota kita mulai kehilangan budayanya sendiri. Sebuah kritik sarkastik yang sangat dewasa dengan penceritaan yang melankolis. Ini adalah sebuah film tersederhana yang berani memaparkan kekejaman ibu kota. Jangan juga melupakan bagaimana jenakanya sebuah sindirin paling sarkas dengan nama-nama penting yang disadurkan.

Sesungguhnya sepanjang menonton film ini akan sangat terlihat perbedaan pandangan penonton akan kehangatan dari pemaparan film ini dimana mereka yang tahu dan pernah terlibat dalam kegiatan tubuh ibu kota akan merasa terdiam, terenyuh dan tertawa lalu tersadarkan betapa pedihnya hidup di ibu kota atau mereka yang tidak pernah terlibat merasa betapa mirisnya ibu kota di Indonesia. Yang jelas dalam film ini mereka yang pernah terlibat dalam aktivitas ibu kota akan sangat merasa keterdekatan akan film ini.

Buat saya, ini adalah salah satu film terbaik sepanjang perfilman Indonesia.







10/10


[REVIEW] TOILET BLUES - TIM MATINDAS (2014)



REVIEW TOILET BLUES (2014)


Anjani (diperankan oleh Shirley Anggrainin) bersama Anggalih (diperankan oleh Tim Matindas) sedang duduk termenung di atas rel kereta api, sementara itu seorang pegawai dinas perhubungan tengah memotong dahan pohon pisang. Orang tersebut lalu berjalan menuju Anjani dan Anggalih dengan dahan pohon pisang yang dibawanya dia menutup sesosok mayat lelaki yang habis ditabrak kereta api.

Anjani dan Anggalih lalu bersama menyusuri jalan di rel kereta api. Terdiam tanpa menghabiskan banyak kata, termenung menyusuri jalanan daerah Jawa Tengah diiringi dengan ambience suara Jangkring.

Anjani dikala itu sedang meragu dengan pilihan hidupnya kepada bodyguard nya, Ruben (diperankan oleh Tio Pakusadewo) yang ditugaskan ayahnya untuk menjaganya sedangkan dia jatuh cinta sejak dulu kepada Anggalih sahabat kecilnya yang tengah menyiapkan dirinya untuk menjadi Pastor. Alih-alih merasa siap untuk menjadi Pastor agar dapat mengembalikan harga diri Ayahnya, dia sendiri sebenarnya meragu akan keputusannya untuk menyerahkan dirinya kepada tuhan seutuhnya.

#######

Toilet Blues (2014) adalah sebuah film arthouse pertama ditahun 2014 ini. Sebuah jenis film yang umumnya sangat jarang ditemui di perfilman Indonesia dan serta pastinya mempunyai segmentasi khusus untuk para penontonnya. Untunglah disediakan tempat untuk film ini di beberapa bioskop di Indonesia dan bersyukurnya saya dapat menikmatinya di Blitzmegaplex terdekat walaupun saat itu banyak film-film hebat bersaing dengannya dan terlihat hanya saya sendiri yang menghuni satu studio besar untuk menyaksikan film tersebut.

Toilet Blues adalah sebuah film arthouse yang disutradarai oleh Dirmawan Hatta yang setelah saya mencari tahu bagaimana film yang buat saya seperti baitan syair ini ternyata terinspirasi dari sebuah puisi karangan W.S Rendra, yaitu Nyanyian Angsa.

Sebagai film arthouse tidak butuhkan sebuah pikiran yang muluk-muluk dalam usaha mencerna apa-apa yang disampaikan dalam film ini tapi yang ada menikmati setiap makna dalam simbol-simbol yang disajikan dalam Toilet Blues melalui art yang divisualisasikannya.

Buat saya, ini adalah sebuah film tentang pencarian makna akan eksistensi diri pada setiap tokoh baik Anjani maupun Anggalih. Anjani seringkali berkeluh kesah tentang hidupnya yang terlalu liar dan terlihat bagaimana ketika dia menyatakan dengan pasti kepada Anggalih bahwa dirinya masih perawan walaupun telah dipergok ayahnya ia dalam keadaan mabuk dengan ketiga teman lelakinya. Bahkan diperjelas oleh Anjani bahwa ketiga teman lelakinya melihatnya mengenakan baju yang kancingnya terbuka tiga. Tetapi Anjani sendiri tidak disentuh ataupun ingin disentuh oleh ketiga teman lelakinya.

Apakah ini perlawan terhadap streotip akan makna kehidupan masa kini dimana: wanita mabuk – teler bersama kawan – berakhir diranjang – tanpa pakaian – menyatakan diri tidak perawan – berbangga dengan senang hati ?. tapi tidak untuk Anjani dia membuktikan bahwa streotip itu tidak berlaku baginya. Dia adalah dia tidak peduli apa yang dipikirkan oleh orang lain.

Sementara itu, Anggalih dengan sikap lugunya malah terbatuk-batuk menghisap rokok Anjani walaupun alih-alih mungkin ingin memperlihatkan bahwa dirinya tidak senaif seperti yang dipikirkan oleh Anjani. Dia tahu bahwa Anjani suka kepada dirinya tapi Anggalih yang telah semakin menetapkan dirinya kepada Tuhan malah tidak merasa bahwa mungkin apakah dia menyukai Anjani atau tidak tapi malah membayangkan bagaimana bila dia dan Anjani tengah bercumbu disebuah hutan, saling berpangutan mengeluarkan nafsu seperti binatang dan terengah-engah ingin menutaskan zinah tanpa akal waras.

Ini adalah penggambaran bagaimana seorang manusia tengah melihat dia seperti dikuasai oleh kekuatan yang tidak habisnya dapat diterima oleh akal sehat. Anggalih ingin menolak itu. Menolak sebuah perasaan hawa nafsu semata yang cepat habis dengan penyesalan dibelakangnya. Tapi sayang Anggalih sama halnya dengan manusia biasa yang tidak dapat menahan hawa nafsunya walaupun berhasil mencegah dirinya menyentuh buah dada Anjani tetapi malah disebuah rumah bordil melakukan hubungan badan dengan seorang wanita yang telah disetubuhi oleh tiga pria.

Dilain pihak Anjani mempertanyakan kepada Anggalih kenapa dia tidak bisa menjadi satu-satunya orang yang diselamatkan oleh Anggalih. Dia merasa cemburu bagaimana Tuhan tanpa perlu melakukan usaha keras dapat merebut hati Anggalih seutuhnya hingga membuatnya dapat mengorbankan dirinya seutuhnya dihadapannya tanpa adanya paksaan sama sekali sementara dia dengan usahanya sedemikan keras tidak dapat membuat Anggalih jatuh kesisinya. Sebegitu tidak adakah ruang dihati Anggalih untuk dirinya diucapakan Anjani dengan tatapan kosong.

Mungkin disaat itu Anggalih tidak tahu bagaimana dia menaruh perasaan kepada Anjani walaupun ketika kita tengah menonton kita tersadar bagaimana Anggalih selalu berjalan mengikuti arah Anjani walaupun tanpa tahu mereka akan kemana. Dengan jalan-jalan yang dipenuhi kemaksiatan yang sangat tidak cocok dengan dirinya ia tetap memilih berjalan bersama Anjani.

Disela-sela itu pula dia selalu bertanya kepada banyak orang “ada yang bisa saya bantu,” tapi sayangnya orang-orang tetap melihat kedepan tanpa perlu sedikit pun melihat kearahnya dan berjalan meninggalkannya. Toh kenyataannya, dia yang berusaha menjadi Pastur agar dapat menolong orang-orang masuk surga ternyata tidak ada seorang pun yang ingin ditolongnya. Sekalinya ada seseorang yang meminta tolong agar dibeli sepatu yang dijualnya malah Anggalih enggan menolong karena tidak memiliki uang. Betapa miris perjalanan yang harus dihadapi olehnya.

Pada akhirnya mereka pun berhenti disebuah satu titik yang dimana Anjani yang akhirnya memutuskan untuk pergi bersama dengan Ruben dan Anggalih yang masih dalam perjalanan mencari tahu apa yang diinginkannya. Kisah tidak berakhir seperti begitu saja dimana Anjani dan sang Ruben menghabiskan waktu bersama di sebuah cottage. Disitu saya merasa seperti melihat sebuah renungan-renungan bagaimana Anjani yang masih begitu muda dapat jatuh hati kepada seorang pria tua berperut buncit. Mungkin ini adalah sebuah rasa rindu akan kehadiran sosok pria dewasa dalam kehidupan Anjani terlihat bagaimana Anjani yang meminta agar ditemani tidur kepada Ruben.
Malam pun bergulir dengan Anjani tiba-tiba berjalan-jalan melihat pertunjukan perwayangan khas Jawa dia begitu senang, semangat dan seakan-akan bebas dan terkagum-kagum akan hal yang dilihatnya tapi mendadak dia hanya melihat hal tersebut dari balik jendelanya dan dengan Rubendia hendak melihat pentas tersebut tetapi yang ada hanya sebuah kekosongan belaka tanpa ada satu pentas pun. Apakah ini tentang sebuah pengharapan dan kenyataan yang menyakitkan akan sebuah kekosongan yang diharapkan penuh dengan kegembiraan.
Perjalan terus berjalan hingga tiba disebuah hamparan pantai indah luas yang berwarna kebiruan. memancarkan kesederhaan karunia ciptaan Tuhan. Disanalah semua karakter berkumpul disatukan oleh penjaga kereta api diawal yang menutup sesosok mayat laki-laki dengan dahan pohon pisang. Bersamanya mereka semua duduk di depan sebuah makanan yang melingkari mereka. Lagi-lagi apakah ini hanya sekedar semata pelukisan akan kebersamaan sesama umat beragama atau sesama manusia semata?. Lucunya mereka tengah menikmati hidangan didepan sebuah toilet tanpa peduli bagaimana bau didalam toilet umum tersebut.
Hingga pada akhir kisah semua tokoh duduk dan saling memanjatkan doa atas pusi syukurnya kepada Tuhan yang telah memberikan mereka nitmat karunia hidup.
Dititik inilah saya tersadar bahwa sepanjang 85 menit saya menonton film Toilet Blues dia tidak menyajikan sebuah kisah perjalanan hidup manusia dengan keimanan tapi bagaimana bahwa kemanusian itu sendiri lebih dermawan dari keimanan. Bahwasanya tidak peduli sekotor apapun dirimu yang diibaratkan dengan sebuah toilet kamu akan tetap berwarna biru cerah seperti langit yang membentang pantai dengan sinar mentari hangatnya. Toilet Blues adalah film tentang sebuah arti kemanusian yang harus dijunjung. Tidak, kita tidak berbicara tentang perbedaan agama atau ritualnya semata kita hanya berbicara tentang pola tingkah manusia yang begitu jenaka.



8/10









[REVIEW] SEPUTIH CINTA MELATI - CHICCO JERIKHO (2014)





Seputih Cinta Melati: Ketika Buronan Berubah Menjadi Kawan

Beberapa minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri, dua orang narapidana, Ivan (Chicco Jerikho) dan Erik (Asrul Dahlan) melarikan diri dari penjara yang terletak di sebuah desa di Jawa Barat. Keduanya melarikan diri dan bersembunyi serta tinggal di pondok tua di dalam hutan yang tak jauh dari pemukiman warga. Semula, Ivan dan Erik berniat untuk menyamar dengan mencuri baju salah satu penduduk setempat. Sayangnya, wajah mereka sudah terdapat di lembaran kertas buronan di setiap sudut desa. Akhirnya Ivan dan Erik untuk sementara harus tinggal di pondok itu.

Hingga suatu ketika, Rian (Fatih Unru) dan Melati (Naomi Ivo), adik kakak yang masih kecil ini hendak pergi memancing di danau, dekat pondok Ivan serta Erik bersembunyi. Tiba-tiba saja, kaki Melati terjepit. Melihat anak kecil kesakitan, Ivan pun tergerak untuk menolongnya, begitu pula dengan Erik. Persahabatan kemudian terjalin. Dua anak kecil tersebut kini rajin mengunjungi pondok Rian yang gemar memancing bertemu kawan baru dan mengajarinya memancing, Erik. Sedangkan Melati, dengan hatinya yang tulus mengajari Ivan untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran.
 Namun semakin lama Ivan dan Erik menetap di pondok tersebut, keduanya semakin terancam bahaya akan kembali tertangkap. Dan saat Rian dan Melati sedang bermain di sana, benar saja, polisi datang menyergap dua buronan itu. Apakah yang akan dilakukan Ivan dan Erik? Akankah mereka justru menjadikan Melati dan Rian sebagai sandera? Atau justru ikhlas menerima hukuman atas dosa masa lalu mereka?

Seputih Cinta Melati, adalah film religi pertama yang diproduksi oleh Alenia Pictures. Tak luput, film ini tentunya mengusung tema anak-anak yang sangat inspiratif dan sentuhan-sentuhan religi yang begitu meresapi kalbu. Dibesut oleh Ari Sihasale, tak perlu diragukan lagi. Dinamika film Seputih Cinta Melati memang sangat pas untuk disaksikan oleh segala kalangan usia. Terlebih lagi, film ini hadir dipenghujung bulan suci Ramadhan. Dan tak hanya itu, Ale (panggilan akrab sang sutradara) juga lihai menyisipkan nilai-nilai kejenakaan yang acap kali mengundang tawa penonton.

Nilai tambah lainnya untuk Seputih Cinta Melati adalah para pemainnya yang hebat. Khususnya dua anak kecil Fatih dan Naomi. Di film ini, keduanya begitu fasih berbicara bahasa Jawa Barat (sunda) dan peran yang mereka bawakan begitu orisinil. Sementara Chicco yang notabenenya bukan pemeluk agama Islam pun bermain dengan indah dan khusyuk dalam film ini. Seputih Cinta Melati mengambil lokasi syuting di Ciwidey, Jawa Barat. Film yang naskahnya ditulis oleh Armantono ini berdurasi 107 menit. Sangat pas untuk disaksikan bersama keluarga tentunya.


-JF-

[REVIEW] EARTH TO ECHO (2014)









Film Earth To Echo menceritakan petualangan Tuck, Munch dan Alex mereka adalah trio teman tak terpisahkan .Namun hidup mereka akan berubah. Lingkungan mereka sedang dihancurkan oleh proyek pembangunan jalan raya yang memaksa keluarganya untuk pindah. Tapi hanya dua hari sebelum mereka harus berpisah, anak-anak mulai menerima serangkaian kejadian aneh saat sinyal pada ponsel mereka mengalami gangguan dan menunjukkan sebuah gambar seperti peta. Setelah perdebatan serius mereka memutuskan mengikuti peta itu sebagai perjalanan bersama yang terakhir.


Mereka yakin sesuatu yang besar sedang terjadi, mereka bekerjasama dengan teman lain, Emma yang ikut dalam petualangan setelah 3 sahabat itu di bawa oleh sinyal ponsel mereka ke rumah Emma, ​setelah malam itu Emma berangkat untuk mencari sumber sinyal telepon mereka. Apa yang mereka temukan adalah sesuatu di luar imajinasi paling liar mereka. Saat mereka harus menghilangkan keegoisan pribadi dan saling menghargai pikiran orang lain.


Echo sang alien kecil yang telah terluka karena serangan roket pekerja priyek yang menyamar sehingga terdampar di Bumi. Membutuhkan bantuan mereka, empat teman datang bersama-sama untuk melindungi alien yang mereka beri nama ECHO dan membantunya menemukan jalan pulang. Di akhir cerita mereka berhasil mengembalikan ECHO ke pesawat nya dan semua kepingan pecahan pesawat ECHO ternyata tersebar di lingkung rumah mereka yang sedang di gali oleh pekerja proyek yang memaksa mereka untuk pindah. Setelah ECHO kemabli ke tempat asalanya mereka pun harus berpisah karena orang tua mereka pindah.

Kekurangan film ini adalah di awal film terlalu banyak dialog yang membuat orang menjadi malas dan bosan namun di akhir cerita semua kebosanan dapat di obati dengan melihat bagaimana pesawat ECHO bergabung dari pecahan kepingan kecil menjadi sebuat pesawat besar.


JF

[REVIEW] Bajaj Bajuri The Movie - Ricky Harun (2014)





Bajaj Bajuri The Movie: Warisan yang Membawa Petaka




Ahmad Bajuri (Ricky Harun) dan Oneng (Eriska Rein) adalah sepasang pengantin muda yang baru menikah selama satu tahun. Bekerja sebagai supir bajaj, tak banyak yang bisa Bajuri berikan untuk sang istri dan sang mertua, Emak (Meriam Bellina).

Kisahnya bermula saat Bajuri mewarisi tanah dari mendiang ayahnya senilai 500 juta rupiah. Bajuri yang baru mendapat gusuran dari penjualan tanah warisan bapaknya menghadapi beberapa masalah. Problem Bajuri semakin rumit setelah Emak (Meriam Bellina) menuduh Bajuri akan kawin lagi. Sementara di pemancingan dengan tidak sengaja Bajuri meledakkan empang dengan bom ikan yang didapat Soleh (Dimas Gabra) dan Sahili (Aqshal Pradana) dari sebuah rumah kosong. Bajuri dan Ucup (Muhadkly Acho) dituduh sebagai teroris setelah tas berisi bom tertinggal di Bank, saat Bajuri mengambil uang.
 Dalam perjalanan pulang dari Bank, Bajuri dihadang oleh sekelompok perampok (McDanny dan Randhika Djamil) yang dipimpin oleh Hani (Nova Eliza). Usaha perampok gagal. Akhirnya perampok menjebak Oneng (Eriska Rein) untuk diculik dan dimintai uang tebusan.

Di dalam perjalanan menebus Oneng, Bajuri bertemu Emak yang sudah berhasil lolos dari sarang penculik. Setelah Oneng berhasil ditebus masalah belum berakhir karena sekarang Emak dan Oneng ikut menjadi tersangka kelompok teroris.
Emak semakin marah dengan Bajuri. Bajuri mau mencari Sahili dan Soleh di pesta pernikahan anak Pak RT (Jimmy Gideon) agar bisa menjelaskan ke polisi kalau dirinya bukan teroris. Bajaj Bajuri: The Movie, kisah segar perjalanan kehidupan Bajuri dan Oneng yang sudah tak asing lagi. Bagaimana tidak, sebelumnya Bajaj Bajuri merupakan sitkom di stasiun televisi yang sangat digemari banyak orang.
 Chand Parwez dari Starvision Plus pun mengangkat Bajaj Bajuri: The Movie. Tentunya berbeda dari sitkomnya. Dalam Bajaj Bajuri: The Movie, para pemain di dalamnya terbilang masih muda, seperti Ricky Harun dan Eriska Rein. Hal ini menggambarkan versi lain dari Bajaj Bajuri di usia-usia awal pernikahannya.

 Adapun di bawah garapan sutradara Fajar Nugros, sisi humor dan komedi yang memang ingin ditonjolkan di film ini terasa sangat kental. Gelak tawa yang mengocok perut akan terus-menerus tercipta selama pemutaran film Bajaj Bajuri: The Movie. 



–MW-

Friday 1 August 2014

[REVIEW] SAYAP KECIL GARUDA - Rizky Balck (2013)



Sayap Kecil Garuda

Film ini bermula dari seorang anak bernama Pulung (Rizky Balck) yang duduk dikelas 2 SMP disalah satu sekolah favorit di daerah Cianjur berkat bantuan sang abah (Gatot Brajamusti). Sedari kecil Pulung hanya tinggal bersama sang kakek di sebuah rumah kecil yang reyot.

 Ayahnya sudah lama meninggal dunia sedangkan sang ibu pergi meninggalkannya dan lebih memilih bekerja di Hongkong.Pulung membantu kakeknya mengumpulkan beras sumbangan warga yang nantinya kan di jual murah kepada orang miskin .Pulung memang memiliki masa lalu yang kelam, namun hal itu tidak lantas membuatnya berkecil hati, malah ia termasuk anak yang paling banyak digemari teman-teman sekolahnya. Pulung aktif mengaji dan membantu orang lain.

Suatu hari Pulung diwawancarai oleh salah satu media televisi didepan sekolahnya, ia diberikan pertanyaan mengenai dasar  negara Indonesia yaitu Pancasila. Pulung diminta untuk menyebutkan urutan Pancasila beserta arti lambang yang ada didalamnya.Namun Pulung tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Sontak seluruh desa dan teman-teman sekolah Pulung mencemoohnya, yang lebih parah lagi Pulung mendapat teguran dan tugas dari kepala sekolah untuk harus menghapal Pancasila. Menyadari kelemahannya dalam bidang menghapal, akhirnya Pulung terus berusaha untuk menghapalnya dengan segala upaya. Belum lagi ia juga dipilih untuk menjadi calon ketua OSIS disekolahnya.

 Di akhir cerita Pulung mengikuti lomba menggambar  dan yang menjadi panitia adalah seorang pelukis miskin yang menjadi warga baru di tempat Pulung tinggal. Sewaktu pelukis itu pindah ke situ Pulung ikut membantu menolong membawakan barangnya. Pulung berusaha mengahafal pancasila beserta lambangnya akhirnya Pulung berhasil dan dia pun memenangkan lomba menggambar namun Pulung memberikan piala penghargaannya kepada anak si  pelukis . Anaknya buta namun ingin mengikuti lomba.

Keunggulan film Sayap Kecil Garuda adalah menyuguhkan pemandangan daerah pengunungan Cianjur yang masih sangat asri. Selain itu, didalamnya juga diselipkan beberapa tradisi Indonesia yang sangat kental salah satunya adalah kegiatan mengumpulkan beras pleret yang sudah turun temurun berlangsung didaerah Cianjur. Menunjukkan rasa nasionalisme bagi para anak yang menonton dan bagi para orang tua.
Kekurangan film ini adalah masih menggunakan latar belakang cerita yang sedang mainstream yaitu anak desa seperti yang di pakai di film anak lainnya
Pesan yang dapat dipetik dari film ini: Jika kita berusaha maka kita kan mampu dan sekurang apapun keadaan kita masih ada yang lebih membutuhkan dan kita kaan merasa sangat bahagia jika mampu berbagi dalam kekurangan kita.







-MW-


[REVIEW] NO TEARS FOR THE DEAD - Jang Dong Goon (2014)



No Tears For The Dead

Film ini menceritakan Gon (Jang Dong Goon) seorang kaki tangan mafia yang di tinggal mati oleh ibunya

tak lama setelah berimigrasi ke Amerika, Gon dibesarkan oleh mafia dan tumbuh menjadi pembunuh

bayaran berdarah dingin. Gon sebagai pembunuh selalu berhasil melaksanakan targetnya, namun Gon

membuat kesalahan besar membunuh seorang gadis kecil yang bernama Yumi . Dibanjiri oleh perasaan

menyesal, bersalah dan malu, Gon tidak lagi ingin menjadi pembunuh bayaran, tapi bosnya memberinya

satu misi terakhir.

Gon harus mengambil disk berisi data penting yang di bawa oleh ayah dari gadis kecil yang mati

terbunuh oleh gon saat dia membunuh targetnya malam itu. Gon di tugaskan ke Korea tanah

kelahirannya . Tapi sangat mengejutkan bagi gon , target yang di tuju adalah Mo-gyeong(Kim Min Hee),

ibu dari anak yang telah mati di tangan gon. Mo-gyeong adalah manajer sukses di sebuah perusahaan

investasi namun kehidupan pribadinya sangat berat , merawat ibu pikun sehingga membuatnya

tergantung pada alkohol dan obat-obatan untuk membuatnya lupa pada masalah suami dan anaknya

yang terbunuh . Dia menyadari keterlibatannya dalam konspirasi yang jauh lebih besar sampai seorang

pria mendekatinya, mengaku mengetahui kebenaran di balik kematian putrinya.

 Saat semua pihak yang menginginkan data penting yang ternyata ada di handphone anak mo-gyeong

terlibat. Bos mafia yang menyuruh gon menyuruh anak buah nya yang lain yang adalah saudara setim

gon .

semua yang terlibat saling membunuh hingga mengancam keamanannya gon yang tadinya harus

membunuh targetnya karena perasaan bersalah pada yumi menjadi berhianat pada tugas awalnya dia

melindungi ibu yumi dan Hingga di akhir cerita gon menceritakan kepada Mo-Gyeong bahwa dialah

pembunuh yumi. Saat di akhir cerita gon yang tau bahwa Mo-Gyeong akan di bunuh suruhan bos mafia

yang adalah saudara gon maka gon datang dan membuat Mo-Gyeong menembak gon sehingga gyeong

tidak di tembak .

Cerita film ini rapi dan sangat teratur sehingga membuat penonton

memahami alur cerita sebenarnya justru di akhir cerita , serta penataan set

dan totalitas para pemain membuat penoton ikut merasakan saat

mendebarkan dan saat mengharukan yang mereka perankan. Namun di akhir

cerita ada misteri tentang keadaan data penting itu , dimana letaknya? dan

apakah yang terjadi dengan Mo-gyeong setelah kejadian itu?

Pelajaran yang saya petik dari film ini adalah “kekuatan dari dalam diri kita dapat mengalahkan kekuatan

besar yang ada di sekitar kita”







 -JF-

[REVIEW] DELIVER US FROM EVIL - ERIC BANA (2014)



Deliver Us From Evil: Mengungkap Tindak Kejahatan yang Dihasut Setan

Tiga orang anggota marinir sedang terperangkap di negara Irak. Dalam misinya itu, ketiga anggota militer tersebut menemukan sebuah tempat dimana didalamnya digunakan untuk pemujaan setan. Setelah itu, ketiganya pun mulai kerasukan dari mahluk halus penunggu tempat tersebut.
 Adalah Santino (Sean Haris), salah satu tentara yang menjadi korban kerasukan kekuatan roh jahat itu. Selanjutnya, 3 tahun berlalu, Santino yang masih dibawah pengaruh setan pergi ke kota Bronx. Dikota tersebut hadirlah seorang petugas kepolisian bernama Ralph Sarchie (Eric Bana) yang memiliki kemampuan dapat merasakan kekuatan lain melalui isyarat-isyarat.


Namun kali ini, Sarchie menghadapi masalah yang berbeda yaitu tentang tindakan kejahatan yang dilatar belakangi oleh kekuatan roh halus. Seakan tidak percaya dengan hal itu, Sarchie semakin penasaran dan membuatnya mengabaikan sang istri dan anak perempuannya. Untuk menemuan jawaban, Ralph dibantu seorang pendeta bernama Mendoza (Edgar Ramirez) untuk melakukan ritual pengusiran setan demi memusnahkan roh jahat yang mengancam.

Terlihat jelas dari judulnya, Deliver Us From Evil sudah tentu menawarkan ketegangan yang mumpuni bagi Anda para pecinta film horor thriller. Dan yang menarik adalah, film ini terinspirasi dari kisah nyata proses investigasi dari kepolisian New York, Amerika Serikat NYPD.

Film ini tidak hanya memberikan ketegangan yang maksimal, namun juga membuat Anda ikut berfikir tentang latar belakang dari semua peristiwa aneh yang terjadi. Selain itu, emosi penonton juga akan ikut dipancing dari kisah drama yang menyentuh sehingga membuat film Deliver Us From Evil ini menjadi lebih berwarna.

Deliver Us From Evil memang sudah memiliki kekuatan dari alur ceritanya, sehingga selama film ini berlangsung penonton akan merasa ikut terbawa didalamnya dan tidak bakal merasa bosan. Dibalik keseraman dan drama yang menyentuh didalamnya, film arahan sutradara Scott Derrickson ini memiliki pesan positif agar tidak lupa selalku mengingat Tuhan dan meminta pertolongan kepadaNYA.

Secara keseluruhan, Deliver Us From Evil merupakan film yang menawarkan kisah horor thriller yang mumpuni. Dengan latar belakang kisah sebuah investigasi, membuat film ini mampu 'mengunci' perhatian penonton dari awal hingga akhir. Dengan kata lain, bagi Anda penggemar film horor crime thriller, film Deliver Us From Evil tentunya sangat sayang untuk dilewatkan.





-JF-


Labels

2 guns (1) 2014 (6) 2015 (11) 3D (2) 50 Cent (1) Aaron Eckhart (1) Aaron Taylor-Johnson (1) Abnegation (1) Academy Awards (1) Adam Driver (1) Adam Sandler (1) Airplane (1) Albert Brooks (1) Alec Baldwin (1) Alex Abbad (1) Alfonso Cuarón (1) Alice Braga (1) Alicia Vikander (1) Alvin (1) Alvin and The Chipmunks (1) amanda seyfried (1) Amazing Spiderman (1) Amity (1) Andrew Garfield (2) Andy Serkis (1) Andy On (1) Andy Serkis (1) Animation (3) Anime (5) Anthony Daniels (1) Apollo Creed (1) Arie Keriting (1) Arifin Putra (1) Armie Hammer (2) Arnold Schwarzenegger (1) Attack On Titans (1) azis ansari (1) Babi Liar (2) Bad Robot (1) Bai Baihe (1) Baltasar Komakur (1) bella (1) Ben Affleck (1) benedict cumberbatch (1) beyonce (1) Bill Murray (1) Black Widow (1) Blue Sky Studio (1) BOYCHOIR (1) Brad Pitt (1) bradley cooper (2) Brandon Salim (1) Bryan Cranston. (1) Bucky Banners (1) CAGE DIVE (1) Candor (1) Captain America (1) Cara Delevigne (1) Carrie Fisher (1) cartoon (1) Cecep (1) CGV Blitz (1) Channing Tatum (1) Charlie Day (1) Charlie Hunnam (1) CHICCO JERIKHO (1) China (2) Chris Evans (1) Chris Hemsworth (1) chris pine (1) Chris Pratt (2) Chris Rock (1) Christina Applegate (1) christoph waltz (1) Christopher Nolan (1) CIA (1) Cinemaxx (1) ck Harris (1) colin farrel (1) Collin Chou (1) Contraband (1) Creed (1) CS (1) DA (1) Daisy Ridley (1) Dane DeHaan (1) Dauntless (1) DAVE BAUTISTA (1) Dave Franco (1) David S Goyer (1) David Spade (1) DC Comics (1) Debbie Griswold (1) Deng Chao (1) Denzel Washington (1) Dewi Perssik (1) Disney (3) Divergent (1) Dong-il Song (1) Donnie Yen (1) Doraemon (1) dory (1) drama (2) Dreamworks (1) Dustin Hoffman (1) Dwayne Johnson (2) Ed Harris (2) ed helms (2) Ed Warren (1) Edward Norton (1) EH (22) Eiichiro Hasumi (2) EJ (1) Elen De Generes (1) Elizabeth Debicki (1) Elysium (1) Emily Watson (1) Emma Stone (2) Eric Bana (1) Eric Tsang (1) Ernest Prakasa (1) Erudite (1) EVEREST (1) Falcon (1) fast and furious (1) Fatal frame (1) Ferry Salim (1) Fico (1) Film (96) Forest Whitaker (1) Francois Girard (1) Frank Vincent (1) Frank Sivero (1) Fu Shun-ying (1) Fujiko F Fujio (1) Gang Ye-Won (1) Gareth Edwards (1) Garrett Wareing (1) Gary Oldman (1) Geisha (1) Gemma Arterton (1) George Clooney (1) ghost (1) Giant (1) Glee (1) Godzilla (1) Golden Fleece (1) Golden Globe (1) Goo Seung-Hyun (1) Google (1) Gore Verbinski (1) Gotye (1) GPM (2) Greek Myth (1) Griswold (1) Guillermo del Toro (1) Gung-Min Nam (1) Guy Ritchie (1) Gwen Stacy (1) Hal Yamanouchi (1) Han Chae-Ah (1) hangover (1) Hank Azaria (1) Hans Zimmer (1) Harrison Ford (2) Harry Osborn (1) HC (1) Henry cavill (2) Hidden Ending (2) Hiroyuki Sanada (1) Hollywood (1) Hong Kong (1) Horror (4) Hugh Jackman (2) Idris Elba (1) Ihsan Tarore (1) Iko Uwais (2) Ilumination Studio (1) Indonesia (11) Indro (1) Insidious (1) Isfansyah (1) Isla Fisher (1) Italian (1) Jackie Chan (1) Jaden Smith (1) Jaeger (1) Jake Gyllenhaal (3) James Badge Dale (1) James Franco (1) James Mangold (1) James Wan (2) Jamie Foxx (3) Jang Dong Goon (1) Japan (6) Jason Bateman (2) Jason Clark (1) Jason Statham (1) Jean Grey (1) JEFF DANIELS (1) Jeremy Renner (1) Jerry Bruckheimer (1) Jesse Eisenberg (1) Jesse McCartney (1) JF (4) Jhony Depp (1) Jiao Xu (1) JIM CARREY (1) Jing Boran (1) Jing Tian (1) jj abrams (1) Joaquin Phoenix (1) Jodie Foster (1) Joe Pesci (1) joe taslim (1) Joey King (1) John Boyega (1) John Cusack (1) John Favreu (1) John Goodman (1) John Green (1) john hawkes (1) John Leguiza (1) John Travolta (1) Johnny Depp (1) Jonah Hilll (1) Josh Brolin (1) Josh Green (1) Julie Estelle (1) Juliette Binoche (1) justin lin (1) Justin Long (1) Justin Timberlake (1) JYS (1) Kaiju (1) Kang Ji-Young (2) Kanna Hashimoto (2) KARA (1) Kate Winslet (1) Katy Perry (1) Kazunari Ninomiya (2) KDA (1) Keira Knightley (1) Keira Wang (1) ken jeong (1) Ken Watanabe (1) Kenshin Himura (1) Kevin Anggara (1) Kevin Costner (1) Kevin James (1) Kevin McHale (1) KGB (1) Khan Nayab (1) Kimberly Williams-Paisley (1) Kimbra (1) Korea (5) Koro Sensei (1) Lala Karmela (1) Laskar pelangi (1) Legendary Film (2) LEGO (1) Leonardo DiCaprio (1) Liam Neeson (2) Lily Collins (1) Linus (1) Liu Yi Fei (1) Logan Lerman (1) Lone Ranger (1) Lorraine Bracco (1) Lorraine Warren (1) Louis Koo (1) Louis Letterrier (1) Lupus (1) MAFIA (1) Maika Yamamoto (2) MAL (58) Manga (4) Marc Webb (1) Mario Maurer (1) Mark Hamill (1) Mark Ruffalo (1) Mark Wahlberg (1) marlin (1) Martin Scorsese (1) Marvel (1) Mary Jane (1) Masaki Suda (2) Matt Damon (1) Matthew Gray Gubler (1) Max Brooks (1) mega (1) Melissa Leo (1) Michael B. Jordan (1) Michael Fassbender (1) Michael Keaton (1) Michael Shannon (1) Michele Monaghan (1) michele rodriguez (1) Miku Uehara (2) MILES TELLER (1) Minions (1) Mio Yuki (2) Miriam Chin Wah Yeung (1) Momo (1) Monster Inc (1) Morgan Oey (1) Morgan Freeman (2) Movie (11) Movie Review (24) Moxie Notion (4) moxienotion (1) Music (3) MW (3) mystery (1) NA (3) Nat Wolf (1) Natasha Romanoff (1) Neil Burger (1) Neil Patrick Harris (1) Neill Blomkamp (1) nemo (1) Nicolas Cage (1) Noah (1) Nobita (1) Nonstop (1) Norman Reedus (1) Novel (1) Oka Antara (1) One Direction (1) Orto Ignatiussen (1) Oscar (2) Oscar Isaac (1) Owen Wilson (1) Paper Towns (1) Paramount (2) Patrick Wilson (2) Paul Greengrass (1) Paul Sorvino (1) paul walker (1) Peanuts (1) Peppermint Patty (1) Percy Jackson (1) Peter Mahyew (1) Peter Parker (1) Peterpan (1) Pig Pen (1) pitbull (1) Pixar (3) Poster (100) Premiere (1) Preview (2) Rachel McAdams (1) Raja Gosnell (1) Ray Liotta (1) Rebecca Ferguson (1) Redfoo (1) Review (96) Rick Riordan (1) Ricky Harun (1) Riddick (1) Rila Fukushima (1) Rinko Kikuchi (1) Rise of Electro (1) Rizky Balck (1) Robert De Niro (1) Robert Downey Jr (3) Rocky Balboa (1) Roland Emerich (1) Ron Perlman (1) Ronald Cheng (2) Roy Marten (1) Rurouni Kenshin (1) Russel Crowe (1) Ruth Wilson (1) Ryan Gosling (1) Ryoo Seung-Ryong (1) Ryosuke Yamada (2) Sally (1) Sam Worthington (1) Samuel L Jackson (1) Samurai X (1) Sandra Bullock (1) Sandra Ng (1) Saw (1) Scarlett Johansson (1) Schroeder (1) Schulz (1) SDG (1) Seika Taketomi (2) Seishiro Kato (2) Shailene Woodley (1) Shizuka (1) Short Film (3) Simon (1) SInopsis (4) Skyler Gisondo (1) Slyvester Stallone (1) Snoopy (1) Sofia Vergara (1) Sony (1) SOUTHPAW (1) Spiderman (1) Stand Up Comedy (2) star trek (1) Star Wars (1) Steele Stebbins (1) Steve Austin (1) Steve Carell (1) steven tyler (1) Summit (1) Suneo (1) Superman (2) Svetlana Khodchenkova (1) Sylvester Stallone (1) Takeru Satô (2) Tao Okamoto (1) Thailand (2) The Deep (1) The Perrons (1) The Raid 2: Berandal (1) The Red Violin (1) The Smurfs (1) The Warrens (1) Theo James (1) Theodore (1) Thriller (2) TIM MATINDAS (1) TIo Pakusadewo (1) tokyo drift (1) Tom Cruise (3) Tom Hanks (1) Tom Wilkinson (1) Tony Bellew (1) Tony Hale (1) Trailer (103) trekkie (1) Ty Burell (1) Universal (1) Vacation (1) Vanesa Hudgens (1) Vera Farmiga (1) Video Clip (3) vin diesel (3) Vince Vaughn (1) Ving Rhames (1) Viola Davis (1) Wagner Moura (1) Warner Bros (4) Will Ferrell (1) Will Smith (1) William Fichtner (1) Winnie Ho (1) WInter of Soldier (1) WM (1) Woodstock (1) Woody Harrelson (1) World War Z (1) X-Men (1) Yakuza (1) Yayan Ruhian (1) Zach Galifianakis (1) zachary quinto (1) Zaha Fathima (1) Zhi Gang Yang (1) Zoe Saldana (1) Zombie (1)

Entri Populer