Pages

Monday, 3 March 2014

[REVIEW] I, FRANKENSTEIN - AARON ECKHART (2014)



Film I, Frankenstein 2014 adalah film action thriller yang disutradarai oleh

Stuart Beattle. Film ini diadaptasi berdasarkan novel grafis dan skenario dari Kevin

Grevioux. Plot cerita film ini menceritakan masa di mana 200 tahun setelah Dr.

Victor Frankenstein menciptakan Adam (Aaron Eckhart) yang mampu hidup

berabad-abad. Adam yang masih berkelana di dunia menjadi tanda tanya bagi dunia

iblis yang dipimpin oleh Prince Naberius.

Saat mengetahui tidak ada hal apapun yang dapat membunuh Adam,

Naberius berupaya mencari tahu rahasia Victor saat menciptakan Adam. Hingga

suatu ketika, Adam diserang dan buku riwayat penciptaan dirinya yang adalah satu-
satu harta miliknya diambil oleh kelompok Gargoyle. Pemimpin bangsa Gargoyle,

Ratu Leonore menyadari bahwa buku tersebut adalah hal yang akan

menghancurkan dunia. Ratu Leonore menjanjikan Adam akan selalu berada di

Kisah ini semakin memacu ketegangan kala kelompok iblis merampas buku

tersebut dan hampir saja berhasil menciptakan iblis-iblis dari mayat-mayat yang

telah dikumpulkan beratus-ratus tahun lamanya. Jumlah mayat yang sangat banyak

itu mampu dihidupkan kembali untuk selama-lamanya dan dirasuki sehingga mereka

akan menjadi iblis seutuhnya. Tidak mau hal ini terjadi, Gargoyle dan Adam

memutuskan untuk berperang dengan Iblis. Namun sangat disayangkan, Adam

ternyata tak cukup kuat. Ia bertekuk lutut di hadapan Prince Naberius. Tahu ini

adalah awal kehancuran dunia manusia, Adam berjuang sekuat tenaga demi

seorang teman barunya yang adalah manusia dan selama ini terjerumus bekerja

untuk Prince Naberius.




Pertemanan itu akhirnya berbuah positif dan Adam menyadari bahwa ia

memiliki jiwa dan bukan sekedar ciptaan zat-zat kimia belaka. Hal tersebut membuat

Prince Naberius tidak berhasil merasuki Adam. Di saat yang bersamaan, Gargoyle

berhasil menggagalkan rencana Adam dan mengirimkan mayat-mayat yang sudah

dirasuki tersebut ke api neraka bersama dengan kematian Gargoyle.

Film ini memiliki taste yang kuat namun tidak didukung dengan ending yang

baik. Ending yang seharusnya mampu menjadi kunci berhasilnya bulu kuduk

penonton merinding, justru membuat penonton menghela nafas kecewa. Yah, bisa

dibilang weak-ending yang terlalu sederhana. Another chance for I, Frankenstein

tahun mendatang maybe?

-EH-

No comments:

Post a Comment